Kerja bakti membersihkan makam leluhur menjelang Lebaran merupakan tradisi yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan rasa hormat dan penghargaan kepada para leluhur, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian sosial. Dalam konteks ilmu pemerintahan dan sosial politik, tradisi ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari kearifan lokal yang mendukung terbentuknya kohesi sosial serta memperkuat identitas komunitas. Masyarakat desa secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini, baik dari kalangan muda maupun tua, sebagai wujud bakti kepada orang tua dan leluhur. Aktivitas ini juga berfungsi sebagai media pembelajaran nilai-nilai luhur, seperti rasa tanggung jawab, kerja sama, dan penghormatan terhadap sejarah keluarga. Partisipasi aktif dalam kerja bakti tidak hanya menunjukkan komitmen sosial, tetapi juga memperkokoh modal sosial yang penting dalam pembangunan masyarakat desa.
Menurut penelitian Widyastuti (2021) dalam jurnal Local Wisdom: Revitalizing Cultural Values for Social Harmony, kerja bakti membersihkan makam leluhur merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan yang merekatkan hubungan antarindividu dalam komunitas. Tradisi ini mengandung nilai-nilai gotong royong yang menjadi perekat solidaritas sosial di tengah arus modernisasi yang semakin mengikis kebersamaan. Selain itu, kerja bakti juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi generasi muda dalam menjaga dan melestarikan tradisi leluhur. Lebih lanjut, dalam perspektif antropologi budaya, kegiatan ini mengandung makna ritual dan spiritual. Ritual membersihkan makam tidak hanya bermakna fisik berupa kebersihan, tetapi juga melambangkan penyucian hati dan persiapan batin dalam menyambut hari raya. Hal ini sejalan dengan pandangan Koentjaraningrat (1985) yang menyatakan bahwa tradisi berziarah dan merawat makam merupakan wujud penghormatan kepada arwah leluhur sebagai bentuk penguatan ikatan spiritual.
Secara administratif, pemerintah desa sering kali berperan aktif dalam mendukung kegiatan ini dengan menyediakan sarana dan prasarana serta melibatkan perangkat desa sebagai koordinator. Hal ini menunjukkan adanya sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat dalam melestarikan tradisi, sehingga dapat memperkuat nilai kebersamaan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan sosial. Dengan demikian, kerja bakti membersihkan makam leluhur menjelang Lebaran merupakan warisan budaya yang tidak hanya memiliki makna spiritual dan emosional, tetapi juga mendukung terbentuknya karakter masyarakat yang berbudaya dan berakhlak mulia. Tradisi ini harus terus dilestarikan sebagai bagian dari upaya mempertahankan kearifan lokal di tengah arus globalisasi yang semakin deras. Peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan tradisi ini sangat penting agar nilai-nilai luhur budi pekerti tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.